Gorontalo - Tim SDGs Center UNG, Sekertariat SDGs Provinsi Gorontalo, dan Advisor GIZ Provinsi Gorontalo melakukan kunjungan lapangan. Kunjuangan yang dilaksanakan pada Minggu (9/11/25) dengan mengunjungi kelompok peternak di Desa Hutabohu, Kabupaten Gorontalo sebagai bagian dari upaya pemantauan dan pendampingan program GIZ pada fase I. Kunjungan ini sekaligus menjadi ajang diskusi mengenai capaian, kendala, dan rencana penguatan kapasitas kelompok.
Kelompok peternak yang dibentuk di wilayah tersebut telah menunjukkan perkembangan positif. Selam 3 tahun belakangan, kelompok peternak telah sukses mengelola dan menjalakan usaha dengan telah menjual hasil sebanyak 42 ekor sapi. Saat ini, kelompok peternak masih mengelola 22 ekor sapi. Tidak hanya fokus pada ternak sapi, kelompok juga telah mulai mengembangkan ternak kambing dengan jumlah awal 3 ekor yang berasal dari hasil keuntungan usaha sebelumnya.
Meski telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, kelompok peternak masih menghadapi beberapa tantangan di lapangan. Dari total 10 anggota, hanya 6 orang yang tercatat aktif dalam kegiatan pemeliharaan. Selain itu, kelompok juga masih membutuhkan dukungan berupa pelatihan pembuatan pakan konsentrat dan kemudahan akses terhadap bahan baku pakan konsentrat tersebut. Ketersediaan kandang permanen juga menjadi salah satu kebutuhan mendesak agar aktivitas pemeliharaan berjalan lebih efisien dan higienis.
Dari sisi administrasi, kelompok masih perlu peningkatan kapasitas dalam pencatatan keuangan usaha. Upaya pencatatan sebenarnya telah dilakukan sejak periode sebelumnya, namun belum terlaksana dengan baik karena kurangnya pemahaman terhadap tata cara dan petunjuk pengisian laporan keuangan.
Melalui kunjungan ini, diharapkan akan ada tindak lanjut berupa pelatihan teknis dan manajemen kelompok, khususnya dalam aspek penyusunan laporan keuangan, pembuatan pakan alternatif, serta perencanaan pengembangan kandang. Dukungan dan kolaborasi berbagai pihak menjadi kunci agar kelompok peternak di Hutabohu dapat terus tumbuh dan menjadi contoh keberhasilan ekonomi berbasis komunitas di tingkat lokal.
Sebelumnya, Indonesia telah dua kali menyampaikan VNR, pertama kali di 2017 dan kedua kalinya di 2019.