Kota Gorontalo, InfoPublik – SDGs Center Universitas Negeri Gorontalo sukses menggelar pelatihan kontekstual penduan komunikasi program SDGs bagi organisasi keagamaan.
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program Forum SDGs organisasi keagamaan yang dibentuk pada Februari 2021 di tiga daerah, Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango sebagai lokus program memiliki wadah untuk saling memperkuat jaringan organisasi dalam mendorong pencapaian target SDGs.
“Pelatihan yang digelar selama 2 hari Jumat-Sabtu diikuti oleh Muhamadiyah, NU, Baznas, Lazismu, FKUB, pondok pesantren ini bertujuan untuk memperkuat jaringan mitra organisasi keagamaan baik sesama organisasi keagamaan maupun dengan NSA, CSR dan pemerintah. Desain dan konten komunikasi ini diharapkan dapat membangun kemitraan yang mendorong pencapaian target SDGs,” kata Ketua panitia Mungkizul Uman Kau yang didampingi sekretaris Dizky P. Papeo, Senin (11/10/2021).
Ia menjelaskan, materi pelatihan terdiri dari teori dan praktik, sehingga luaran kegiatan ini terdapat dokumen rancangan komunikasi SDGs bagi organisasi keagamaan.
Dalam pelatihan ini penguatan kapasitas peserta diawali oleh Kepala Pusat SDGs Raghel Yunginger yang mengulas program organisasi keagamaan yang selaras dengan indikator SDGs, yang telah disusun pada saat workshop evaluasi SDGs pada 24 September 2021.
“Selama ini secara umum perencanaan program-program OKG dan realisasinya telah menyentuh 4 pilar SDGs baik pilar pembangunan sosial, ekonomi, lingkungan maupun hukum dan tata Kelola,” kata Raghel Yunginger.
Namun menurut Raghel, hal ini masih perlu ditingkatkan dan perlu dilakukan evaluasi yang dapat mengukur ketercapaian program serta identifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pencapaian target program yang selaras dengan SDGs.
Di samping itu perlu pendekatan holistik untuk memperkuat jaringan antara organisasi keagamaan dengan Nonstate Actor (NSA) lain, Corporate Social Responsility (CSR) dan pemerintah, sehingga pencapaian SDGs di Gorontalo dapat dicapai dengan pola kemitraan multi-stakeholder.
Sementara itu, untuk memperkuat kapasitas organisasi keagamaan dalam menyusun desain komunikasi SDGs, peserta dilatih langsung oleh Juara Elyas Tampubolon sebagai communication advisor dari Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH.
“Tujuan komunikasi SDGs bagi organisasi keagamaan ini adalah membuat umat tahu, tertarik, dan mempromosikan SDGs sehingga semua sadar untuk turut berkontribusi dalam pencapaian SDGs,” ujar Juara Elyas Tampubolon.
Elyas mendampingi peserta dalam merancang bentuk komunikasi yang terdiri dari tujuan komunikasi, sasaran komunikasi, pesan komunikasi, kanal komunikasi, jadwal/frekuensi dan penanggung jawab komunikasi tersebut.
Bahkan Elyas juga melatihkan bentuk persona audience yang menjadi ide komunikasi SDGs yang sesuai dengan solusi permasalahan seperti desain komunikasi “gerakan cinta zakat”, desain komunikasi “umat berbagi”, dan lain-lain.
Pelatihan ini juga sebagai bentuk dukungan SDG Center UNG kepada organisasi keagamaan, maka telah disiapkan buletin SDGs UNG dan juga website SDG Center yang dapat mewadahi informasi dan promosi data, kelembagaan dan program setiap organisasi. Sehingga dapat membangun kemitraan dengan mitra pembangunan lain baik di Gorontalo maupun di luar Gorontalo.
Upaya yang dilakukan oleh SDGs Center ini diapresiasi Elyas karena UNG melalui SDGs Center memiliki komitmen yang baik dalam membangun kemitraan dan penguatan kapasitas organisasi keagamaan bahkan menyediakan komunikasi SDGs melalui buletin dan website.
“Semangat pencapaian target SDGs oleh OKG perlu ditindaklanjuti secara berkelanjutan oleh setiap pimpinan organisasi dengan prinsip no one left behind,” tutur Elyas.
SDGs Center Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu katalisator pelaksana SDGs yang bekerja sama dengan Pemerintah Republik Federal Jerman melalui GIZ telah melakukan beberapa rangkaian kegiatan pendampingan untuk penguatan kapasitas organisasi keagamaan, yaitu mulai dari need assessment untuk perencanaan program OKG yang selaras dengan SDGs, implementasi, hingga monitoring dan evaluasi program.
Negara-negara dunia, pada 2015 termasuk Indonesia telah berkomitmen melaksanakan agenda global 2030 pembangunan untuk keselamatan manusia dan planet bumi yaitu sustainable development goals (SDGs) untuk menjaga peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan prinsip no one left behind (tidak ada yang tertinggal).
SDGs atau tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) ini sebagai pengganti dan penyempurna dari MDGs (millennium development goals) yang sebelumnya telah dilaksanakan dan berakhir di tahun 2015. Indonesia telah mengatur peta jalan SDGs ini melalui Keppres 59 tahun 2017 untuk mencapai 17 tujuan SDGs secara komprehensif mulai dari tingkat nasional hingga tingkat daerah.
Upaya pencapaian TPB/SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional yang memerlukan sinergi yang inklusif dengan pelibatan tidak hanya pemerintah tapi juga non state actor (NSA) seperti filantropi keagamaaan.
“Organisasi keagamaan merupakan organisasi masyarakat yang memiliki kekuatan sosial dalam mewujudkan pembangunan nasional yang sejahtera, bersih, rukun dan damai secara berkelanjutan. Organisasi ini lahir di tengah masyarakat yang selama ini berperan aktif dalam pemberdayaan baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi maupun sosial lainnya. Ini artinya organisasi keagamaan sebagai organisasi kemasyarakatan yang dapat berkontribusi dalam pencapaian target SDGs,” kata Raghel Yunginger. (MCGorontaloprov/rls/Rosyid)
Sebelumnya, Indonesia telah dua kali menyampaikan VNR, pertama kali di 2017 dan kedua kalinya di 2019.